Mengendalikan Amarah

Hari yang melelahkan. Yayaya, bagi saya hari ini hari yang sangat melelahkan. Bukannya lelah karena sepak bola atau lelah karena terus menerus belajar, tapi lelah karena hari ini saya terus marah-marah. Mau tau kenapa? Sebenarnya hanya masalah kecil sih, tapi gak tau kenapa kok rasanya saya inngin marah terus. Dikit-dikit marah dikit-dikit marah. Ckckck. Untung saja saya ngga sampai kelepasan ngomong yang enggak-enggak, tapi biasanya juga nggak ngomong yang enggak-enggak kok. hehehe,

Sebenarnya pada posting kali inin saya ingin membahas hal yang lain, tetapi karena saya lagi bad mood, jadi kita ngomongin masalah kemarahan aja deh. Ada yang punya ide?

Baiklah, pada dasarnya semua orang pasti pernah marah, baik marah yang berat atau marah yang kecil. Tapi jika anda sedang melihat atau pernah mengalami sendiri kejadian di bawah ini:

Ayah : "Mengapa kau tumpahkan kopi Ayah? Apa matamu buta sehingga tidak melihat ada gelas kopi di meja ini?"
Aminah : "Maaf, Yah. Aminah tidak sengaja."
Ayah : "Sengaja atau tidak sengaja itu sama saja! Kaulihat, kopi, gula, dan air hanya dibuang percuma! Untung gelas mahal hadiah teman Ayah tidak pecah!"
Aminah : "Maa..."
Ayah : "Maaf, maaf. Memangnya kalau Bapak marah-marah begitu itu akan kembali seperti semula?"
Ibu : "Sudahlah, Yah!Kopi tumpah saja anak jadi korban. Memangnya kalau Ayah marah-marah begitu kopi itu akan seperti semula?"


Nah lo, apakah Anda akan menjadi seorang Ayah pemarah seperti peristiwa di atas atau akan menjadi Ibu yang penyabar, atau jika saja anda yang menjadi Aminah, apakah anda akan bersikap sama? Bagaimana jika anda juga orang yang pemarah, bisa saja watak Aminah juga menjadi pemarah dan berusaha membela diri di depan Ayahnya.

Pada umumnya marah mendorong seseorang pada tingkah laku agresif, seperti mengumpat, memukul, menendang, membanting, bahkan jika diteruskan pada tingkat yang lebih ekstrim prilaku ini dapat mengarah pada tindak kriminal seperti melukai, menyiksa atau bahkan membunuh. Tetapi, tentu saja ekspresi marah tidak selalu dalam bentuk tingkah laku agresif, karena pada sebagian orang marah ditunjukan dengan cara yang berlawanan dengan agresi seperti diam, mengurung diri, murung, atau menangis.

Berikut ini akan dijelentrehkan kiat-kiat mengendalikan amarah.

1.Memaafkan. Ya, memaafkan kesalahan orang lain akan lebih baik daripada anda mengumpat dan mengucapkan sesuatu yang tidak seharusnya. Jika anda memaki orang yang berbuat salah kepada anda, bisa saja orang tersebut malah menjadi dendam kepada anda.

2. Ingatlah bahwa semua amal perbuatan anda akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Jika anda adalah orang yang pemarah, segera ingatlah kepada Yang Maha Kuasa.

3. Jika anda dalam posisi marah, duduklah ketika sedang berdiri, tiduran ketika sedang duduk, jika masih marah, berwudhu atau mandilah dengan air dingin

4. Memikirkan kembali dengan tenang, tentang faktor yang menjadi pemicu marah, apakah memang sepatutnya disikapi dengan marah atau tidak.

5. Tersenyum. Cobalah bercermin saat anda marah, dan lihatlah betapa jeleknya anda ketika marah dan tersenyumlah, percaya atau tidak, kemarahan yang anda, rasakan akan sirna perlahan-lahan.

6. Positif thinking dan mencoba memahami alasan sikap dan prilaku orang lain.

7. Berlatih menunda amarah, dengan tidak mealampiaskan marah secara spontan dan refleks

8. Coba dekatkan diri secara fisik kepada seseorang yang anda cintai disaat anda marah untuk menetralisir kemarahan. Misalnya dengan menggenggam tangannya. Kiat ini juga bisa kita gunakan untuk meredam kemarahan orang yang kita cintai pada kita.

9. Ungkapkan kemarahan dengan tulisan.

Ungkapkanlah kekesalan kita dengan tetap mengendalikan diri. Orang yang kuat bukanlah orang yang menakutkan ketika marah, melainkan orang yang mampu mengendalikan diri ketika marah.

0 comments: